AKHIR-akhir ini, berita kematian mendadak setelah melakukan aktivitas olahraga kerap terjadi, dan beberapa tokoh selebriti Indonesia mengalaminya, diantaranya Adjie Masaid yang meninggal usai bermain badminton. Padahal, selama ini olahraga dianggap sebagai bagian penting dalam menjaga kesehatan tubuh.
Lalu, apakah olahraga dapat meningkatkan risiko kematian mendadak (silent killer)? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, RSUD Kota Depok menggelar seminar kesehatan yang mengusung tema ?Antisipasi Kejadian Kematian Mendadak (Silent Killer)? di Balaikota Depok, Kamis (18/04/2013).
Direktur RSUD Kota Depok Dr. Lies Karmawati menginformasikan Rumah Sakit sebagai tempat perawatan dan penyembuhan pasien harus selalu mengembangkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara terus menerus dan berkesinambungan. Pemilihan tema disesuaikan dengan kebutuhan saat ini, seperti salah satu kasus yang banyak terjadi di masyarakat adalah kejadian kematian mendadak (silent killer).
?Seminar ini bertujuan untuk turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Depok. Dengan seminar ini, diharapkan masyarakat mengetahui tentang penyebab kematian mendadak sehingga bisa mengantisipasinya,? ujar Lies Karmawati.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Somad mengatakan, umumnya penyebab kematian mendadak (silent killer) pasca olahraga adalah penyakit kardiovaskular, dan terjadi pada orang yang melakukan olahraga kompetitif, seperti sepak bola, futsal, badminton, berenang, tenis atau lari maraton. Orang yang secara fisik terlihat sehat pun memerlukan pemeriksaan penunjang. Mengukur kondisi tubuh saat berolahraga mampu mengurangi kemungkinan olahraga meningkatkan risiko silent killer.
"Pada saat latihan berat dilakukan, terkadang terjadi keram otot jantung ataupun kejang arteri koroner. Hal ini biasa terjadi jika awal olahraga langsung dengan latihan berat," jelasnya.
Keram otot jantung dan kejang arteri ini berkontribusi pada kurangnya pasokan oksigen ke jantung. Ini mungkin menjadi salah satu faktor penyebab mengapa olahraga meningkatkan risiko silent killer.
"Walaupun beberapa kejadian olahraga dan kematian mendadak terjadi, bukan berarti olahraga sebagai satu satunya pemicu, dan bukan berarti olahraga menjadi sebuah masalah? tuturnya.
Penelitian mengungkapkan orang-orang yang mengetahui memiliki penyakit kardiovaskuler, akan terbantu dengan olahraga teratur. Walaupun, pada kasus orang yang memiliki penyakit jantung, risiko kematian mungkin terjadi sesudah berolahraga yang diforsir tidak sesuai kondisi.
?Sebaiknya, biasakan memulai olahraga dengan yang ringan-ringan terlebih dahulu dan menghitung denyut nadi pada saat awal dan sesudah pemanasan, untuk menilai apakah selama olahraga jantung tidak akan terlalu lelah mensuplai oksigen untuk tubuh,? imbaunya. (tty)
»






0 comments:
Post a Comment