MALARIA menjadi salah satu penyakit infeksi yang membahayakan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Beberapa virus dari penyakit ini juga resisten terhadap obat malaria yang ada saat ini.
Untuk mengatasi strain malaria yang resisten terhadap obat, para ilmuwan telah menemukan cara baru untuk mengidentifikasi strain yang resisten terhadap obat dari parasit yang menyebabkan malaria.
Malaria yang biasanya dapat diobati dengan menggunakan obat yang disebut artemisinin, terjadi ketika parasit P. falciparum memasuki aliran darah melalui gigitan nyamuk. Namun, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tanggal 28 April, peneliti mengatakan mereka menemukan parasit penyebab malaria yang resisten terhadap obat di Kamboja, demikian yang dilansir Foxnews.
Peningkatan strain yang resisten terhadap obat ini tentu berbahaya. WHO menyatakan ini akan meningkatkan risiko kematian pada ratusan ribu orang yang bisa terjangkit penyakit malaria dimana saja.
"Strain yang resistensi terhadap obat artemisinin adalah keadaan darurat yang bisa menggagalkan semua pengendalian malaria secara global dalam beberapa tahun terakhir. Kita sangat membutuhkan metode untuk melacak hal tersebut dan sidik jari molekuler memberikan jawaban untuk hal ini," ungkap Nicholas White, seorang professor dari University of Oxford.
Para peneliti mampu menggunakan teknologi baru bernama sekuensing genom untuk memelajari DNA dari 825 sampel P.falciparum dari Asia Tenggara dan Afrika. Dengan melakukan ini, para peneliti mampu mengidentifikasi pola-pola genetik, atau "sidik jari," untuk masing-masing strain yang resisten terhadap obat. (ind)
(tty)
»
0 comments:
Post a Comment