Saturday, April 27, 2013

Bayi Laki-lakiku Disunat?

Bayi Laki-lakiku Disunat?MASIH bayi sudah disunat? Nggak salah? Yup, masyarakat Indonesia umumnya mengkhitankan anak laki-lakinya pada usia 8-12 tahun atau ketika sudah duduk di sekolah dasar. Namun seiring waktu, kini mulai banyak orangtua yang langsung mengkhitankan anaknya lelakinya sejak lahir.

Bahkan, tren sunat sejak lahir sebenarnya sudah banyak dianut secara internasional. Adakah alasan khusus di balik sunat sejak usia dini ini?

Perkecil Risiko Infeksi

Sebuah asosiasi dokter anak paling berpengaruh di Amerika Serikat mengatakan bahwa sunat pada bayi baru lahir laki-laki memberi manfaat kesehatan yang jauh lebih banyak ketimbang risikonya. Dari data penelitian yang dihimpun, sunat dapat mengurangi risiko terjadinya kanker penis, infeksi saluran air seni, dan penularan penyakit seksual semacam HIV, seperti dikutip dari Tabloid Mom & Kiddie.

dr. Henry Kolondang, SpB dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta, juga mengamini pernyataan tersebut. Menurutnya, sunat pada bayi dilakukan selain karena adanya indikasi medis, juga karena alasan kebersihan penis dan kesehatan.

?Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada anjuran dari Menteri Kesehatan agar orangtua menyunatkan bayi laki-lakinya dengan alasan untuk menghindari risiko berbagai penyakit yang berhubungan dengan penis. Namun, sekali lagi keputusan untuk menyunatkan bayi, bergantung kesiapan orangtuanya,? ujar Henry.

Henry menambahkan bahwa pada intinya sunat - atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah sirkumsisi - adalah membuang kulit kulup yang menutupi kepala zakar (penis). Perlu diketahui, pada kulit kulup terdapat sekret yang menghasilkan kelenjar. Jika tidak sering dibersihkan, kulit kulup tersebut akan kotor dan dapat mengakibatkan timbulnya penyakit seperti infeksi saluran kemih, bengkak pada daerah penis, bernanah, dan risiko yang paling berbahaya adalah terjadinya kanker penis. ?Manfaat sunat adalah dapat menjamin kebersihan penis karena lebih mudah dibersihkan setelah kulit kulup tidak ada. Serta dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi dan terkena kanker penis. WHO (Badan Kesehatan Dunia) pun merekomendasikan bahwa sunat bermanfaat bagi kesehatan,? tandasnya.

Tidak Ada Batasan Usia

Banyak pendapat mengenai usia ideal untuk dilakukan sunat. Ada yang menyebut saat bayi masih baru lahir karena proses anestesi yang lebih sederhana. Pendapat lain mengatakan idealnya dilakukan sebelum masa akil balig (usia 15 tahun ke atas) dengan mempertimbangkan keputusan sunat tersebut sudah disetujui individu yang bersangkutan dan anak sudah cukup kooperatif untuk tidak berontak saat operasi.
Namun, Henry mengatakan bahwa secara medis sunat dapat dilaksanakan kapan saja sesuai dengan indikasi dan kondisi bayi atau anaknya.

?Sebetulnya, batasan umur untuk sunat tidak ada. Bagi dunia kedokteran, yang penting adalah batasan secara medis. Misal, untuk bayi yang baru lahir harus menunggu setidaknya 1x 24 jam untuk memberinya waktu beradaptasi dengan dunia di luar kandungan. Ya, kadang-kadang masih ada sebagian orangtua yang khawatir, kasihan, dan tidak tega bayinya disunat. Namun, orangtua juga wajib perhatikan bahwa yang menangani sunat haruslah tenaga medis yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Dan, sekali lagi, orangtualah yang memiliki keputusan untuk menentukan usia sunat pada bayi Anda,? tegas Henry.

Di Amerika sendiri, setiap tahunnya berkisar 55-65 persen bayi baru lahir disunat dalam 10 hari pertama (biasanya dalam 48 jam pertama setelah lahir).

Masa Penyembuhan

Kendati tidak ada batasan usia dalam menyunatkan bayi, namun dari segi masa penyembuhan pasca-sunat, ada perbedaannya!

Kita tahu, anak-anak masih mengalami masa pertumbuhan, sehingga setiap terjadi luka, sel-sel pada tubuh mereka akan dengan cepat berganti dan berkembang dengan sel-sel yang baru.

Namun, menurut Henry, penyembuhan luka sunat lebih mudah dilakukan pada masa bayi dibanding anak-anak (usia prasekolah). Apa pasal? Bayi belum banyak melakukan gerakan dan aktivitas sehingga masa penyembuhannya hanya membutuhkan waktu lima sampai tujuh hari. Lain halnya dengan anak-anak usia prasekolah yang sudah banyak bergerak. Kadang, bila si kecil tidak bisa diam, luka sunatnya bisa saja tidak mengering dan mengakibatkan infeksi sehingga masa penyembuhan berlangsung lebih lama.

Risiko Sunat

Seperti laiknya prosedur operasi lain, sunat/khitan pada bayi memiliki beberapa risiko tindakan di antaranya luka, perdarahan, infeksi, nyeri pasca-operasi serta trauma psikologis. Namun tentu saja tenaga medis akan berusaha keras untuk selalu meminimalkan risiko tersebut.

Jadi, sebelum menyunatkan bayi, orangtua haruslah merundingkan keputusan ini secara bersama-sama dengan pihak keluarga dengan mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Bila orangtua siap, yakin serta tenang dan tidak panik maka perasaan itu pun akan menular pada bayinya sehingga buah hati Anda akan merasa aman. (ind)
(tty)

»

0 comments:

Post a Comment