KINI obesitas tak hanya harus dihindari orang dewasa, tapi juga anak dan remaja. Pasalnya saat anak mengalami obesitas otomatis akan meningkatkan risikonya terkena diabetes yang akhirnya mengarah pada ancaman kematian di usia dini (di bawah usia 55 tahun).
Hal itu sesuai yang diungkap data penelitian Sinha dkk, sebanyak 25 persen anak dengan obesitas menunjukan gejala intoleransi glukosa (munculnya resistensi insulin dalam tubuh). Atau dengan kata lain berpotensi menderita diabetes dimasa mendatang, yang kondisi itu sangat terkait dengan peningkatnya kemungkinan kematian di usia dini.
Populasi obesitas anak sudah memperihatinkan.
Seperti yang diketahui obesitas sendiri adalah kelebihan berat badan dikarenakan penimbunan lemak yang berlebihan, yang terjadi saat konsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh. Obesitas dipantik dari beberapa faktor seperti genetik, psikis, dan lingkungan seperti pola gaya hidup yang tak sehat. Terkait tingginya populasi obesitas di kalangan anak dan remaja, obesitas harus segera dicegah. Hal ini karena populasi obesitas di usia anak dan remaja sudah sangat memprihatinkan. Apalagi bila ada anak sudah mengalami kondisi demikian sejak balita, kondisi itu harus ditangani secara serius, konsisten dan pengobatan khusus.
"Angka obesitas pada anak di Indonesia sudah sampai pada angka yang mengerikan. Contohnya saja di DKI Jakarta, data dari Riskesdas 2010 menunjukan bahwa sebanyak 19.6 persen anak-anak di Jakarta sudah masuk dalam kategori gemuk," kata Dr. Aman B. Pulungan, SpA(K), Ketua 2 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di The3house, Jakarta Selatan, Kamis 18 Juli 2013.
Menurutnya, angka populasi tersebut tertinggi dibandingkan kota lain di seluruh Indonesia. Hal ini tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja, sebab obesitas bisa meningkatkan risiko pada berbagai penyakit kronis, salah satunya yaitu diabetes.
"Dari riset yang kami lakukan pada 182 anak obesitas usia 12 sampai 15 tahun menunjukan, 3.8 persen sudah mengalami intoleransi glukosa, sedangkan 93.9 persen menunjukan acanthosis nigricans,"katanya.
Suatu pertanda adanya resistensi insulin pada kulit, katanya, berupa kehitaman di bagian tengkuk, ketiak, dan di tangan. Pada riset lain yang dilakukan pada 92 anak obesitas usia 12 sampai 15 pada tahun 2012 menunjukan, hasil 8.7 persen mengalami intoleransi glukosa dan 71.7 persen menunjukan acanthosis nigricans. Dan hasil riset itu menyimpulkan bahwa anak yang yang mengalami obesitas memiliki kecenderungan mengalami resistensi insulin yang mengarah pada diabetes.
Rutin konsumsi buah dan sayuran kunci mencegah diabetes pada anak.
Meski begitu, tambah Dr. Aman, obesitas sendiri bisa dicegah dengan membiasakan melakukan langkah "5 2 1 0", yaitu mengonsumsi buah dan sayur sebanyak lima porsi perhari. Kemudian jangan pernah duduk lebih dari dua jam, lalu meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik selama satu jam setiap hari dan 20 menit kegiatan berolahraga tiga kali seminggu. Terakhir yang tak kalah penting ialah membatasi konsumsi gula dan lebih banyak minum air mineral.
Senada dengan itu, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, M.Sc MS. Sp.GK seorang dokter spesialis gizi klinik Fakultas Kedoktersan Universitas Indonesia menambahkan, untuk mencegah obesitas pada anak perlu memerhatikan jumlah kalori sesuai kebutuhan saat seseorang menjalani rutinitas harian. Kemudian harus juga memerhatikan komposisi karbohidrat, protein dan lemak seimbang, serta jadwal waktu makan yang baik. Kemudian, WHO juga menyarankan untuk meningkatkan konsumsi sayur, buah, dan biji-bijian dan upayakan untuk menghindari asupan kalori dari lemak jenuh dimana seseorang bisa menggantinya dengan lemak tak jenuh.
Lebih dalam, Dr. Fiastuti- begitu biasanya ia disapa- menambahkan, "Buah dan sayur sangat baik dikonsumsi sebagai salah satu cara mencegah obesitas pada anak. Hal ini karena buah dan sayur mengandung serat larut yang akan membantu penyerapan gula lebih lambat dalam tubuh, dan menjaga peningkatan kadar gula jadi tidak berlebihan serta juga tidak gampang turun secara drastis," imbuhnya.
Sementara itu, kata dia, kiat rutin mengonsumsi buah sendiri juga berlaku bagi seseorang yang sudah menderita diabetes, dimana diabetesi diharuskan menjaga kadar gula tetap normal. Kendati demikian, untuk asupan buah tidak boleh sembaranga buah, karena ada beberapa buah yang sering biasa orang makan memiliki kadar gula tinggi, yang umumnya berasa manis. Karena itu Anda harus mencari buah yang memiliki kandungan kadar gula rendah, misalnya buah kiwi yang memiliki glycaemix index rendah, sehingga aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. Baginya, mengapa kiwi bisa membantu mencegah anak dan remaja mengalami obesitas dan penderita diabetes glukosanya terkontrol, hal itu karena kiwi kaya akan kandungan vitamin C dan E. Di mana kandungan vitamin C pada kiwi dua kali lebih tinggi ketimbang buah jeruk dengan perbandingan berat yang sama, dan juga memiliki kandungan vitamin E lima kali lebih tinggi dibandingkan apel yang mengandung serat, asam folat, enzim unik actinidin yang baik untuk pencernaan, serta yang terpenting memiliki glycaemic indeks yang rendah. (uky)
(ind)
»
0 comments:
Post a Comment