Wednesday, July 24, 2013

Hormon Cinta juga Tingkatkan Rasa Takut & Cemas

Hormon Cinta juga Tingkatkan Rasa Takut & CemasSIAPA PUN yang pernah sakit hati akan setuju dengan pepatah lama yang mengatakan bahwa ?cinta itu menyakitkan?. Bahkan jika cinta pertama Anda tidak membuat Anda patah hati, rasa cemas apakah dia juga menyukai Anda pada tahap awal hubungan bisa sangat mengganggu.

Kini ada penelitian baru yang menemukan bahwa ?hormon cinta? yang menginduksi perasaan keterikatan romantis untuk pasangan Anda, juga meningkatkan rasa ketakutan dan kecemasan.

Oksitosin yang dikenal sebagai ?hormon cinta? bertanggung jawab terhadap perasaan 'terhubung' terhadap orang lain dan membuat kita merasa baik. Ini adalah bahan kimia dibalik ikatan sosial dan tentunya cinta yang Anda miliki.

Namun penelitian baru oleh Northwestern Medicine yang diterbitkan dalam Nature Neuroscience menunjukkan bahwa hormon bahagia ini juga bertanggung jawab atas beberapa rasa sakit yang sering kita alami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu fungsi hormon ini adalah untuk memperkuat ingatan sosial di salah satu wilayah tertentu di otak. Jika pengalaman tersebut menyakitkan atau menyedihkan, hormon oksitosin akan mengaktifkan bagian otak yang mengintensifkan memori.

Akibatnya, hormon yang memberi sukacita ini juga menjadi penyebab mengapa ingatan yang menyakitkan atau memalukan tidak pernah pudar dari ingatan kita.

Oksitosin juga meningkatkan kerentanan terhadap ketakutan dan kecemasan ketika Anda dalam situasi stres, dan dapat meningkatkan kecemasan dan ketakutan terhadap stres di masa yang akan datang.

Jadi, oksitosin dapat membawa kita ke titik tertinggi dan terendah ekstrem dalam emosi kita. Hormon ini juga menjadi penyebab perasaan memilukan, kesedihan, dan patah hati, seperti dilansir Dailymail.

Jelena Radulovic, penulis senior dalam studi ini, mengatakan, "Dengan memahami peran ganda sistem oksitosin dalam memicu atau mengurangi kecemasan, tergantung pada konteks sosial, kita dapat mengoptimalkan perawatan oksitosin yang meningkatkan kesejahteraan, bukannya memicu reaksi negatif.? (ind)

»

0 comments:

Post a Comment