Pemerintah Upayakan Peningkatan Jumlah Ahli Epidemiologi

MULAI dari tahun 1982 hingga sekarang jumlah tenaga ahli epidemiologi di seluruh Indonesia kurang lebih 300 orang. Namun, tentu jumlah tersebut belum memenuhi kebutuhan tenaga ahli epidemiologi jika dilihat dari wilayah Indonesia yang luas.

Hal tersebut seperti disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, dr H.M Subuh, MPPM. Terlebih lagi, menurut dr Subuh dari jumlah tenaga ahli epidemiologi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.

"Untuk itu, tahun ini kita berusaha melakukan sosialisasi dan advokasi kembali, terutama kepada user-user yang mungkin berada di Provinsi, Kabupaten Kota, maupun di sektor-sektor di luar pemerintahan," ujarnya pada Konferensi Pers di Gedung Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (26/9/2014).

Apalagi, tenaga ahli epidemiologi lapangan ini tidak hanya diperlukan di sektor pemerintah, melainkan sektor lain di luar kepemerintahan. Oleh karena itu, dr Subuh mengatakan bahwa Indonesia masih kekurangan tenaga ahli epidemiologi yang disebabkan oleh berbagai kendala.

"Kendalanya adalah kurang peminat, karena selama pendidikan 2 tahun mereka 30 persen di dalam kelas dan sisanya di lapangan, namun setelah lulus non gelar," tuturnya.

"Jadi, untuk itulah kami mengambil langkah proaktif bekerjasama dengan dua universitas UGM dan UI untuk bisa membuat lulusan tenaga ahli epidemiologi lapangan bergelar, sehingga bisa menjadi pengembangan karir," tambahnya.

Untuk itu,  dr Subuh mengatakan bahwa pemerintah juga sudah memikirkan pengembangan karir seorang epidemiologi sesuai Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN).

"Berdasarkan UU tersebut nantinya tenaga-tenaga ahli epidemiologi akan berkembang menjadi tenaga fungsional yang benar-benar diperlukan dalam suatu jabatan fungsional di berbagai instansi, khususnya di Kementerian Kesehatan," tutupnya. (fik)

»

Posted in: