SUDAH bukan zamannya lagi menjumpai seorang perawat yang ketus dan jutek di sebuah rumah sakit. Pentingnya komunikasi membuat hal yang penting, sehingga pasien tidak merasa diberlakukan tidak adil.
Pemberian soft skill ini diharapkan mampu meningkatkan komukasi antara sesama perawat, perawat dengan pasien, serta perawat dengan dokter.
"Pelatihan komunikasi ini memang ilmu-ilmu di luar keperawatan. Karena perawat sering berinteraksi dengan pasien dan lain-lain," kata Head of Area Promotion Jatim Satu Pocari Sweat Dwi Agustin saat pelatihan perawat di Rumah Sakit Royal Surabaya, Jalan Jemursari, Surabaya, Kamis (21/3/2013).
Pelatihan ini sedianya dilakukan di sejumlah rumah sakit di Jawa Timur. Sebelumnya, pelatihan ini dilakukan di RSUD Ibnu Sina Gresik, RS Petro dan RS Siloam, Surabaya.
"Selain pelatihan komunikasi, kami juga memberikan motivasi dan bagaimana cara memberikan pertolongan pertama kepada orang sakit. Termasuk Pocari Sweat ini dapat dijadikan sebagai pertolongan pertama saat sakit demam berdarah (DBD)," katanya.
Di tempat yang sama, Direktur RS Royal Surabaya Dr Maria M Harlim SpPD MARS mengatakan, dengan pelatihan ini diharapkan mampu memberikan feed back dalam profesi perawat ini. Artinya, setiap pasien memiliki karakter yang berbeda, sehingga membutuhkan komunikasi yang berbeda pula. Namun pada prinsipnya, menjadikan perawat yang ramah dan tidak jutek.
"Saat ini bukan zamannya perawat yang ketus dan bentak-bentak pasien. Mereka harus ramah dan tidak semena-mena dengan pasien," ujarnya. Bahkan dengan komunikasi yang baik ini, bisa memberi nilai plus terhadap pasien sehingga mereka yang sakit cepat sembuh.
Saat di dunia pendidikan perawat, yang didapat hanyanya hard skill yang berhubungan bagimana cara memasang infus, cara menyuntik serta cara-cara penanganan terhadap pasien. Namun, untuk soft skill tidak diajarkan. Pelatihan seperti ini penting.
"Minimal sebulan sekali diadakan training soft skill. Artinya, jika lupa selalu diingatkan," jelasnya.
(tty)
»
0 comments:
Post a Comment