Sunday, March 3, 2013

Jenis-Jenis Induksi Perlu Moms Tahu

Jenis-Jenis Induksi Perlu Moms TahuSELAIN medis, induksi juga bisa berupa manipulatif. Seperti apakah perbedaannya?  
Berikut penjelasan dr. Fakriantini Jayaputri Sp.OG dari RSU Prikasih Fatmawati Jakarta, sebagaimana diulas Mom & Kiddie.
 
Induksi Persalinan Secara Medis
 
-Infus Oksitosin
 
Mekanisme kerja dari oksitosin belum diketahui pasti, namun hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk menginduksi persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai, serviks akan berdilatasi sehingga memulai refleks neural yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya.
 
Untuk menghasilkan efek pada uterus maka diperlukan dosis yang adekuat. Dosisnya antara 4 sampai 16 miliunit permenit. Dosis untuk tiap orang berbeda-beda, namun biasanya dimulai dengan dosis rendah sambil melihat kontraksi uterus dan kemajuan persalinan.
 
Agar infus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada bumi maupun janin, maka diperlukan syarat?syarat seperti kehamilan aterm, ukuran panggul normal, tidak ada CPD, dan servik telah matang.
 
-Prostaglandin
 
Pemberian prostaladin dapat merangsang otok-otot polos termasuk juga otot-otot rahim. Pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (nalador) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
 
Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif untuk memperpendek proses persalinan, menurunkan angka cesar dan menurunkan angka skor kurang dari 4.
 
-Cairan Hipertonik Intra Uteri
 
Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20, urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostaglandin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim. Namun cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.
 
Induksi Persalinan Secara manipulatif 
 
-Amniotomi
 
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik bagian bawah depan (fore water) atau bagian belakang (hind water) dengan suatu alat khusus yaitu drewsmith catheter atau dengan omnihook yang sering dikombinasikan dengan pemberian oksitosin.
 
Beberapa teori mengemukakan bahwa amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40 persen sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks. Ada pula yang mengatakan amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah di dalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnya oksigenasi otot?otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
 
Selain itu, ada pula yang mengatakan amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks di mana di dalamnya terdapat banyak saraf?saraf yang merangsang kontraksi rahim.
 
Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda?tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan infus oksitosin.
 
Perlu diperhatikan, dalam amniotomi bisa menyebabkan infeksi intrauteri, prolapsus funikuli, gawat janin dan tanda-tanda solusio plasenta bila ketuban sangat banyak dikeluarkan.
 
-Pemakaian Foley Catheter
 
Foley Catheter digunakan untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan. Kontraindikasi terjadi jika ada riwayat perdarahan, ketuban pecah, pertumbuhan janin terhambat dan infeksi vaginal.
 
-Pemakaian Rangsangan Listrik
 
Induksi melalui rangsangan listrik ini dengan dua elektrode yang diletakkan dalam servik dan ditempelkan pada dinding perut. Kemudian dialirkan listrik untuk memberi rangsangan pada serviks sehingga menimbulkan kontraksi rahim.
 
-Rangsangan Puting Susu (Breast Stimulation).
 
Rangsangan puting susu dapat memengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosis, sehingga bisa mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim. Rangsangan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pijat ringan dengan ibu jari di daerah areola mammae pada salah satu puting susu.
 
Untuk menghindari lecet bisa menggunakan minyak atau baby oil. Pijat ringan ini dapat dilakukan setengah jam hingga satu jam, lakukan sehari maksimal 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan pijat pada kedua payudara secara bersamaan, karena dikhawatirkan terjadi perangsangan yang berlebihan.
(tty)

»

0 comments:

Post a Comment