GANGGUAN pencernaan pada bayi merupakan hal yang sering dikeluhkan orangtua bila berkunjung ke dokter. Kebanyakan dari mereka khawatir karena bayinya rewel hingga tidak mau makan, lemas dan tidak bertingkah ceria seperti biasanya.
Nah, guna mencegah hal itu terjadi lagi, dr. Muzal Kadim, SpA(K) dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo akan mengenalkan kepada Moms berbagai macam gangguan sistem pencernaan yang sering terjadi pada bayi dan cara mengatasinya, seperti dikutip dari Tabloid Mom & Kiddie.
-Refluks Gastroesofagus (RGE)
Gangguan pencernaan yang lebih umum dengan sebutan gumoh ini merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan muntah pada bayi. RGE adalah kembalinya isi lambung ke kerongkongan dan dapat terus keluar lewat mulut menjadi gumoh atau muntah. Kandungan lambung tersebut dapat berupa air liur, minuman/makanan yang tertelan, sekresi pankreas dan sekresi cairan empedu.
Hampir 70 persen bayi berusia empat bulan mengalami gumoh dan 25 persen di antaranya merupakan masalah bagi orangtua.
Hingga usia 12 bulan, sebenarnya gumoh masih merupakan hal yang normal terjadi, asalkan bayi tidak menolak minum susu dan berat badannya (BB) tetap naik.
Bila BB bayi cenderung tidak naik barulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai derajat RGE dengan melakukan pemeriksaan pH monitoring.
Cara Mengatasi
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gumoh atau muntah pada bayi adalah dengan disendawakan sesudah minum. Selain itu, posisi bayi saat menyusui juga sebaiknya setengah duduk, jangan sambil tiduran. Juga, usahakan agar bayi tidak terlalu aktif (melakukan kegiatan yang tidak perlu) setelah minum.
-Hypertrophic Pyloric Stenosis (HPS)
Masih seputar muntah. Gangguan pencernaan ini merupakan suatu kelainan saluran pencernaan yang ditandai dengan menyempitnya saluran usus daerah pylorus akibat menebalnya otot dinding usus.
Pylorus merupakan bagian dari usus duabelas jari yang berbatasan langsung dengan lambung. Makanan atau minuman dari lambung akan masuk ke usus duabelas jari secara bertahap. Karena adanya penebalan ini maka makanan/minuman tersebut akan terhalang masuk ke usus duabelas jari. Akibatnya, makanan akan dimuntahkan kembali oleh bayi.
Gejala muntah pada HPS biasanya muncul pada bayi usia 2-12 minggu. Konon, jika orangtuanya mempunyai HPS, maka risiko anaknya akan mengalami HPS sebesar 20 persen. Jika dokter mencurigai si kecil menderita HPS maka akan dilakukan serangkaian pemeriksaan termasuk Ultrasonografi (USG) perut.
Cara Mengatasi
Jika si kecil menderita HPS, satu-satunya cara dengan menjalani operasi kecil pada otot-otot pylorus yang disebut pyloromyotomy.
-Diare karena Infeksi
Merupakan gejala gangguan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Diare pada bayi usia kurang dari 2 tahun umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan biasanya membaik sendiri dalam waktu kurang dari satu minggu. Bayi yang mengalami diare biasanya disertai demam dan sering didahului dengan muntah.
Cara Mengatasi
Pertolongan pertama yang dapat Moms lakukan ketika si kecil diare adalah memberikan cairan rehidrasi oral (CRO) yang sudah berupa kemasan dalam botol. Bisa juga dengan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sup, minuman yang tidak manis, yogurt, air putih, dan lain-lain.
Jangan lupa, tetap berikan susu dan makanan bayi. Bila ia muntah berikanlah cairan sedikit demi sedikit dengan menggunakan sendok.
Sebaiknya, orangtua juga tidak perlu terlalu cemas dan panik jika bayi mengalami diare kecuali terdapat beberapa gejala berikut ini: adanya darah dalam tinja, sering muntah, sakit perut, intensitas kencing berkurang, saat menangis bayi tidak mengeluarkan air mata, tidak mau minum, demam tinggi, sering diare, mulut dan lidah kering, serta kehilangan berat badan. Bila terdapat tanda-tanda di atas sebaiknya Moms segera meminta pertolongan dokter. (ind) (tty)
»
0 comments:
Post a Comment