SELURUH negara ikut waspada terhadap penyebaran virus Ebola atau EBOV. Tak terkecuali bagi Indonesia.
Baru-baru ini virus Ebola telah menginfeksi dua petugas kesehatan Amerika Serikat yang dikirim untuk menangani penyakit tersebut di Afrika. Atas kejadian tersebut, Center of Diseases Control (CDC) Amerika Serikat pun menerbitkan pedoman penanganan Ebola di rumah sakit. (Baca: Begini Cara Penularan Virus Ebola pada Manusia)
Di Indonesia, penanganan pasien infeksi biasa ditangani secara karantina di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso. Pihak rumah sakit siap mengisolasi kasus-kasus berbahaya, seperti MERS CoV, flu burung, dan lainnya.
"Namun, Ebola saya kira sama saja, hanya lebih ketat. Beberapa rumah sakit di Indonesia telah ditunjuk menangani kasus kasus seperti ini. Di Jakarta, tepatnya RS Persahabatan juga memiliki ruangan isolasi," kata Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof dr Umar Fahmi Ahmadi, MPH., Ph.D, dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini. (Baca: Seperti SARS & MERS CoV, Indonesia Harus Waspada Ebola)
Mantan Ditjen P2PL Kemenkes RI ini menambahkan, Indonesia sejauh ini sudah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menangani kasus-kasus potensi wabah penyakit infeksi yang selama ini ada. Demikian pula peralatan lain.
"Namun, sebaiknya memang mulai sekarang, harus menyusun protap (prosedur tetap-red) dan disebar ke rumah sakit seluruh Indonesia yang memiliki akses ke Singapura atau ke dunia luar lainnya," tegasnya.
Protap ini diikuti proses simulasi atau latihan. Demikian pula alat diagnostik, seperti reagen test kit dan lainnya, harus disiapkan. (Baca: WHO Desak Dunia Bantu Hentikan Penyebaran Ebola)
"Test dengan ELISA, antigen detection test, RT-PCR, atau isolasi virus, tapi ini sulit," tutupnya. (ftr)
»
0 comments:
Post a Comment