SEORANG dokter bernama Nathalie MacDermott mengaku telah membantu 100 pasien Ebola di Afrika Barat. Namun sayang, hanya tiga dari mereka yang masih bertahan.
Dokter berumur 32 tahun ini menghabiskan dua minggu di Liberia bersama Samaritan?s Purse, sebuah organisasi kemanusiaan, yang membantu menangani korban epidemi tersebut. Selama itu, Dr Nathalie telah menyaksikan dua rekannya, yaitu dokter Kent Brantly dan petugas bantuan Nancy Writebol terserang virus mematikan tersebut, dan membantu merawat mereka sebelum mereka diterbangkan ke kampung halaman untuk pengobatan. Namun setelah kembali ke rumahnya di Cardiff, Dr Nathalie memutuskan untuk mengarantina dirinya sendiri di apartemennya selama tiga minggu, karena takut dia tertular penyakit tersebut.
Mengikuti saran Public Health Wales, ia tetap mengurung diri dan hanya berhubungan dengan teman serta keluarganya melalui Skype. Bahkan di satu kesempatan ia menghadiri pernikahan temannya secara virtual. Kini, Dr Nathalie telah diberikan vonis ?aman?, dan telah kembali bergabung dengan rekan-rekan sepekerjaannya di Rumah Sakit Singleton di Kota Swansea.
"Sebelum saya pergi ke sana, saya tahu bahwa epidemi tersebut telah berada di luar kendali,? kata Dr. Nathalie, mengakui.
"Ketika saya ke sana dengan Purse Samaria, kami seperti duduk di bom waktu yang siap meledak. Jumlah kasus Ebola terus meningkat, namun tidak ada cukup staf untuk merawat mereka, sementara para korban berebut minta ditangani secepatnya. Itu mungkin salah satu pengalaman yang paling traumatis dalam hidup saya,? jelasnya.
Di pusat perawatan di ibukota Liberia, Monrovia, angka kematian mencapai 90% dari sekitar 100 pasien yang ditangani Dr Nathalie.
"Tantangan bagi saya ketika harus membantu begitu banyak pasien dan melihat begitu sedikit yang bertahan," katanya.
"Sangat sulit bagi dokter ketika mengetahui bahwa mereka tidak akan dapat menyelamatkan sebagian besar pasien mereka. Namun demikian, saya sudah mengetahui itu ketika saya akan pergi ke Liberia," tutur Dr Nathalie.
?Ada yang lebih buruk daripada mati sendirian, kesakitan dan ketakutan. Jadi aku pergi ke sana untuk membantu mereka ( korban Ebola)mengurangi penderitaan tersebut dengan merawat mereka, mengobati rasa sakit mereka, berdoa dengan mereka, dan menghibur mereka,? tambahnya lagi.
Dia mengatakan, salah satu hari paling mengesankan yang ia habiskan di Liberia adalah ketika anak laki-laki berumur 12 tahun, yang bernama William, pulih dan bisa bertemu kembali dengan keluarganya.
Dua pasien yang lain juga selamat dari Ebola, namun Dr Nathalie telah kembali ke Wales ketika ia diberitahu mereka telah diberi vonis ?aman?.
Dr Nathalie yang ingin menjadi spesialis penyakit menular anak, mengatakan bahwa dia tidak ragu-ragu untuk kembali ke Liberia.
"Ada begitu banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan, namun jika saya boleh pergi, saya pasti akan pergi ke sana dan membantu di sana lagi,? katanya dengan yakin.
?Mereka perlu petugas kesehatan, yang tidak hanya merawat pasien, tetapi juga dapat membantu mencegah penyebaran infeksi tersebut," tutupnya.
Ebola adalah penyakit virus akut yang sering ditandai dengan demam mendadak, keletihan, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Pada tahap awal, gejalanya terkadang sama seperti pilek atau flu. Gejala pada tahap berikutnya meliputi muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus akan terjadi perdarahan internal dan eksternal. Demikian seperti yang dikabarkan Dailymail, Kamis (27/08/2014).
(fik)
»
1 comments:
ION-QQ POKER
kami dari agen poker terpercaya tahun ini
Hanya dengan deposit dan withdraw 20.000 anda sudah dapat berrmain .. di sini kami
menyediakan 4 permainan : bandar poker , play bandarQ , play domino99 dan play
poker .. tunggu apalagi gan ayo segera daftar kan diri anda dan menangkan ratusan
juta rupiah | PIN BB : 58ab14f5
Post a Comment