Rumah Singgah Buka Akses Pengobatan Kanker Anak

AKSES untuk mendapatkan perawatan merupakan kendala utama proses pengobatan anak yang didiagnosa mengidap kanker. Padahal, jika pasien kanker mendapat penangangan sejak dini, peluang untuk sembuh sangat besar.

Menurut Ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Rahmi Adi Putra Tahir, angka kematian kanker pada anak tergolong tinggi. Pasalnya, penderita kesulitan untuk berobat ke rumah sakit.

"pengobatan kanker butuh proses yang panjang dan kontinu. Sekali pengobatan bisa memakan waktu dua tahun, Padahal mereka mesti bolak-balik rumah sakit," katanya pada peresmian Zona Bermain dan Belajar Graha YOAI di Jakarta Barat, baru-baru ini. (Baca: Waspada Late Effect Pengobatan Kanker pada Anak)

Rahmi menambahkan, pembangunan rumah singgah untuk menampung anak penderita kanker dan orangtuanya menjadi salah satu solusi untuk memudahkan akses berobat. Pengidap kanker tinggal dekat rumah sakit sehingga proses pengobatan bisa dijalani hingga tuntas.

"Karenanya, kami membangun Graha YOAI untuk anak tidak mampu. Di sini, kami menyediakan akomodasi dan kendaraan untuk pasien dan keluarganya dari Graha YOAI ke rumah sakit dan sebaliknya," tambahnya.

Graha YOAI berdiri sejak Februari 2014 dengan dana dari beberapa perusahaan. Graha ini menampung anak penderita kanker dari berbagai daerah di Indonesia yang mesti menjalani perawatan di Jakarta. (Baca: Dua Kunci Anak Penderita Kanker Dapat Sembuh)

Data YOAI memaparkan, setiap tahun sekira 4.400 anak di Indonesia didiagnosa sebagai penderita kanker baru. Di Jabodetabek, ada 480 anak yang baru menderita kanker setiap tahunnya.

"Berdasarkan data kami, dari anak-anak penderita kanker yang mendapat bantuan YOAI hingga 2013, 60 persennya bisa sembuh. Kondisi ini sangat berbeda dengan tahun 2000, di mana angka kematian anak penderita kanker mencapai 60 persen," simpul Rahmi. (ftr)

»

Posted in: