SAAT ini penyakit saluran cerna menempati 10 besar terbanyak pada pasien rawat jalan di seluruh Indonesia. Bahkan, penyakit saluran cerna masih menempati urutan ke-5 penyebab kematian dari pasien rawat inap.
Menurut Dr. dr. Dadang Makmun, SpPD-KGEH, FACG, selaku Kepala Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, salah satu modalitas utama untuk diagnosis dan pengobatan saluran cerna adalah endoskopi saluran cerna. Namun sayangnya, dokter ahli yang bisa melakukan endoskopi di Indonesia masih terbilang minim.
"Walaupun sudah hampir 40 tahun kita bekerja di endoskopi saluran cerna, sampai Juni 2014 jumlah dokter ahli yang kompoten endoskopi saluran cerna itu baru 560 orang," ujarnya pada konferensi pers tentang Pelatihan Endoskopi Saluran Cerna Tahap Lanjut di Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSCM, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2014).
"Dari sekian ratus dokter itu hanya sebagian kecil sekitar 10 sampai 15 persen yang bisa melakukan tindakan endoskopi tahap lanjut," tambahnya.
Karena itu, perlu sebuah upaya untuk meningkatkan jumlah dokter di Indonesia. Khususnya, ahli penyakit dalam yang berkecimpung di bidang saluran cerna untuk belajar endoskopi tahap lanjut. Apalagi, jumlah dokter ahli endoskopi di Indonesia, masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara maju
"Contoh di Jepang, saat ini ada lebih dari 30.000 ahli endoskopi saluran cerna. Padahal jumlah penduduknya tidak lebih dari setengah penduduk di Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, di Indonesia sendiri sudah ada 10 pusat pendidikan endoskopi saluran cerna tingkat dasar di Indonesia. Pusat pendidikan tersebut berada di rumah sakit seperti FKUI Jakarta, UNPAD-Hasan Sadikin di Bandung, Dr. Oetomom dan Airlangga di Semarang, serta Gadja Mada dan Dr Sarjito, Yogyakarta.
"Namun, belum ada satu pun yang menyelenggarakan pelatihan endoskopi tahap lanjut. Oleh sebab itu, mulai saat ini RSCM FKUI menyelenggarakan pelatihan endoskopi tahap lanjut dengan lama pendidikan 4 bulan," tutupnya.
(fik)
»
0 comments:
Post a Comment