PADA kehamilan, penyakit hepatitis seringkali tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Oleh karena itu, penyakit hepatitis, baik B maupun C sulit sekali dideteksi saat kehamilan.
Namun, Prof. Dr. dr. Ali Sulaiman, Sp.PD, KGEH mengatakan bahwa deteksi dini hepatitis B dan C pada ibu hamil sangat penting dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa tinggi risiko terjadi penularan virus saat proses persalinan.
"Ketika ibunya diperiksa, ternyata DNA virusnya bisa sampai 10 pangkat 9, artinya tinggi sekali. Jika DNA virus semakin tinggi lagi, maka akan mudah menularkan pada bayinya," ujarnya pada konferensi pers mengenai "Hepatitis di Indonesia" di Ruang Maharmardjono, Gedung Kemenkes RI, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 16 September 2014.
Lebih lanjut, Prof Sulaiman menjelaskan bahwa ketika seorang ibu hamil yang diketahui sejak dini memiliki penyakit hepatitis, maka di trimester ketiga diminta untuk minum obat. Namun, konsumsi obat tersebut harus dihentikan dikala mendekati proses persalinan.
"Nah, itu yang tadi DNA virusnya tinggi setelah minum obat akan turun drastis, sehingga kemungkinan untuk menularkan ke bayinya lebih kecil saat proses persalinan," tuturnya.
"Tetapi, setelah selesai proses persalinan, status ibu tentu masih penderita hepatitis, jadi pengobatan harus dievaluasi lagi atau dihentikan sementara. Jadi, nanti kalau sudah melahirkan dan sudah tidak menyusui lagi, pengobatan bisa dilakukan kembali," jelasnya.
(fik)
»
0 comments:
Post a Comment