BALITA bertubuh pendek sebelum usia dua tahun menunjukkan kekurangan gizi yang kronis dan berulang. Tidak hanya itu, kondisi tersebut menempatkan balita pada risiko tinggi terkena penyakit jantung saat dewasa.
Hal inilah yang disampaikan oleh Guru Besar Bidang Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Prof. Endang L. Achadi, MPH, Dr. PH. Kendati begitu, tidak hanya sekedar terlihat pendek, tetapi proses mencapai hal tersebut juga disertai oleh pengecilan organ, termasuk jantung.
"Semua orang bisa melihat kalau pendek, tetapi tidak bisa melihat organ dalamnya hingga sampai muncul penyakit ketika dewasa," tuturnya usai acara Nutritalk bertema "Seribu Hari yang Menentukan Masa Depan Bangsa" di Hyatt Regency, Jalan Palagan Tentara Pelajar, Yogyakarta, belum lama ini.
Tubuh pendek biasanya disebabkan kekurangan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan. Prof Endang mengatakan bahwa tidak jauh berbeda dengan dampak bertubuh pendek, berat badan lahir rendah juga terkait dengan penyakit jantung.
Pendapat Prof Endang ternyata dikuatkan oleh beberapa penelitian dari luar negeri. Hasil studi di Hertfordshire, Inggris menunjukkan dari 15.000 laki-laki dan perempuan yang lahir sebelum tahun 1930, 3.000 di antaranya sudah meninggal sebelum usia 50 tahun, bahkan hampir separuhnya meninggal karena serangan jantung.
Selanjutnya, terdapat studi terhadap 100.000 perawat di Amerika yang menyebutkan proporsi meninggal lebih tinggi pada orang dengan berat badan lahir rendah saat lahir. Penelitian tersebut menyimpulkan semakin rendah berat badan lahir, maka semakin tinggi risiko penyakit jantung, bahkan tanpa terkait dengan pola hidup dan kondisi kehidupannya.
(fik)
»
0 comments:
Post a Comment