BELUM optimalnya pelaksanaan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) membuat cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia menurun pada tahun 2012. Oleh karena itu, berbagai tantangan masih akan terus dihadapi Indonesia meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif kepada bayi.
Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Dirjen Bina Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak, dr Anung Sugihantoro, M.Kes. Bahkan, di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan, masih juga didapatkan hal-hal yang tidak sesuai dengan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui.
"Berdasarkan data dari Dirjen BUK Kemenkes 2014, dari sekian ribu rumah sakit yang ada, baru 39 rumah sakit yang melaksanakan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dengan benar," ujarnya pada acara Penguatan Implementasi ASI Ekslusif dalam rangka Pekan ASI Sedunia di Balai Kartini, Jakarta, Senin (15/9/2014).
Selain itu, dr Anung mengatakan bahwa berdasarkan data assesment masih banyak ditemukan rumah sakit pemerintah dan swasta yang belum taat menjalankan Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012. Di antaranya beberapa rumah sakit masih menerima sponsor dari susu formula, seperti sampel, kalender, dan pulpen.
"Saya temukan sarung bantal dan sprai masih menggunakan produk-produk susu yang bisa dijadikan inisiasi atau untuk mengurangi hak-hak anak dalam memperoleh ASI ekslusifnya," tuturnya.
Padahal, Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33 tahun 2012 menyebutkan bahwa ASI ekslusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lain. (fik)
»
0 comments:
Post a Comment