STEM Cell atau sel punca menjadi teknologi pengobatan modern saat ini. Kendati demikian, pengobatan dengan sel punca memiliki hasil yang bervariasi.
Menurut spesialis syaraf, Fenny L. Yudiarto, MD., Ph.D stem cell merupakan metode pengobatan terakhir yang dipilih. Namun sebagai harapan terakhir, stem cell memiliki hasil yang bervariasi, bahkan di luar prediksi.
?Jadi stem cell, pertama itu harganya mahal dan hasilnya belum tentu seperti yang diharapkan. Anda keluar uang puluhan juta sampai ratusan juta, ingin mendapatkan timbal balik sembuh total langsung bisa jalan, tapi tidak mungkin. Jadi hasilnya masih tanda tanya, tidak bisa mengharapkan replacement of stem cell menjadi sel yang baru, bukan seperti itu,? jelasnya kepada Okezone di Four Season Hotel, Jakarta, Sabtu (13/9/2014).
Selain itu, Head of Research Development Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI) ini juga selalu menyarankan stem cell sebagai pilihan terakhir pada pasiennya. Fenny selalu mengutamakan pengobatan melalui obat-obatan konvensional terlebih dahulu sebelum melakukan pengobatan dengan menggunakan stem cell.
?Stem cell itu merupakan senjata terakhir, misalnya leukimia, itu menggunakan stem cell. Jadi senjata terakhir sampai kalau obat-obatan tidak bisa mengobati. Saya tidak akan mengobati orang stroke yang bisa jalan, tertatih-tatih dengan stem cell. Saya akan menggunakan obat yang sudah ada, obat yang ada evidence list adalah bukti yang memang benar-benar. Kita punya guide line, guide line adalah acuan, jadi kita harus pakai itu dulu,? terangnya.
Selain itu, ada batasan usia tertentu dari stem cell yang akan digunakan untuk pengobatan. ?Stem cell biasanya dia diambil dari embrio. Jadi sudah ke multipoten jadi embrio tapi selnya sudah diferensiasi,? imbuh Fenny.
Namun, untuk penggunaan stem cell di Indonesia sendiri hingga kini masih sangat sedikit angkanya karena stem cell sendiri hingga kini masih dalam tahapan penelitian.
(fik)
»
0 comments:
Post a Comment