MASALAH malnutrisi di Indonesia masih belum menjadi prioritas, meskipun dapat berdampak pada pembangunan. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata angka stunting anak-anak di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang mencapai 37,2 persen.
Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Prof. Endang L. Achadi, MPH, Dr. PH, kondisi ini menggambarkan kegawatdaruratan gizi di Indonesia, di mana sepertiga anak balita bertubuh pendek. Sementara, kita ketahui bila pendek pada usia sebelum dua tahun menandakan organ-organ di dalam tubuh seperti otak, jantung, dan ginjal yang tidak berkembang secara optimal.
"Bukan soal kelaparan, tetapi akan menjadikan anak ini tidak pintar, ketika dewasa tidak punya uang berarti miskin, dan sakit-sakitan," jelasnya setelah acara Nutritalk bertema "Seribu Hari yang Menentukan Masa Depan Bangsa" di Hyatt Regency, Jalan Palagan Tentara Pelajar, Yogyakarta, baru-baru ini.
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kegawatdaruratan gizi ini? Menurut Prof Endang, semua pihak, tidak hanya pemerintah bergerak ke arah yang sama. Jika semua pihak pada visi yang sama, Prof Endang yakin bila permasalahan gizi di Indonesia nantinya dapat ditangani.
"Kalau semua yang terkait masalah gizi ini semuanya berpikir bahwa ini keadaan yang darurat, misalnya masyarakat, pemerintah, dan swasta bisa bergerak berkontribusi ke arah yang sama, nantinya masalah ini akan bisa ditangani," jelasnya.
"Tetapi, saat ini selau hanya Kemenkes. Padahal, Kemenkes itu kan sisa akibat dari berbagai masalah tadi. Misalnya akibat konsumsi kurang, pendidikan kurang, dan keluarga berencana," tambahnya.
Prof Endang mengingatkan bahwa peran keluarga berencana juga sangat penting. Hal ini karena masalah-masalah yang terkait dengan keluarga berencana, seperti terlalu banyak dan cepat mempunyai anak dapat memengaruhi gizi.
"Sehingga, keluarga berencana juga penting. Jadi, kalau semua bergerak dan menganggap masalah gizi itu sebagai masalah mereka itu bisa ditangani. Tetapi, kalau menganggap masalah gizi hanya masalah kesehatan tenaga atau petugas kesehatan, ini tidak akan jalan," tutupnya.
(fik)
»
0 comments:
Post a Comment