Tuesday, March 25, 2014

Tingginya Kadar Stres Tingkatkan Risiko Infertilitas Dua Kali Lipat

Tingginya Kadar Stres Tingkatkan Risiko Infertilitas Dua Kali Lipat   BILA Anda sudah berusaha mendapatkan momongan tapi tak kunjung berhasil, ceklah seberapa sering Anda mengalami tingkat stres. Mungkin itu pesan yang ingin disampaikan oleh studi terbaru Ohio State University Wexner Medical Center mengenai kaitannya antara stres dan infertilitas.

Ya, dalam penelitian itu peneliti menemukan bahwa, stres pada jangka panjang bisa mengurangi kemampuan wanita untuk hamil sebanyak 29 persen.  
Untuk mendapatkan hasil itu, peneliti mengikuti sebanyak 401 pasangan reproduktif, yang sedang mencoba untuk mendapat kehamilan dari tahun 2005 sampai 2009. Selama periode 12 bulan, para peneliti mencatat setiap pasangan yang harusnya sudah mendapat kehamilan dan mengamati selama lima sampai enam bulan penelitian. Kemudian ditemukan bahwa pasangan yang belum hamil adalah mereka yang mengalami tingkat tertinggi dari stres kronis.
 
"Saat kita sampai ke pasangan yang mengalami masalah untuk hamil, tingkat stres mereka benar-benar berbeda dari pasangan yang bisa cepat hamil," jelas Courtney Lynch  penulis utama studi sekaligus asisten profesor epidemiologi di Ohio State University Wexner Medical Center, seperti dilansir Foxnews.
 
Untuk mempelajari tingkat stres , Lynch dan timnya mengumpulkan sampel air liur dari wanita pada awal penelitian dan setelah siklus menstruasi pertama wanita. Untuk setiap wanita , mereka merekam kadar biomarker saliva alpha-amilase, yang mengukur sympathetic adrenomedullary ( komponen yang berkaitan dengan sistem stres) tubuh. Tidak seperti kortisol, yang mengukur biomarker stres akut, kadar saliva alpha-amilase  menunjukkan tingkat stress yang kronis.
 
Para peneliti menemukan bahwa, wanita dengan tingkat tertinggi dari saliva alpha-amilase mengalami penurunan 29 persen dalam kemampuan mereka untuk hamil. Dan lebih dari dua kali lipat risiko lebih besar untuk infertilitas, dibandingkan dengan wanita dengan tingkat terendah.
 
Meski begitu, stres hanyalah sebagian yang membuat seseorang mengalami infertilitas. Banyak faktor lain yang membuat seseorang mengalami infertilitas. Sementara untuk menghindari infertilitas akibat stres jangka panjang, melakukan metode pengurangan stres bermanfaat untuk membuat pasangan bisa hamil.
(ren)

»

0 comments:

Post a Comment