DEMAM bisa menjadi gejala dari berbagai penyakit, termasuk malaria. Namun, demam saja tidak bisa langsung dikatakan terkena penyakit malaria. Apa pasal?
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE mengatakan, gejala dari penyakit malaria sangat khas, yaitu demam, mengigil, dan berkeringat akibat demam tersebut.
Namun, biasanya orang yang terkena malaria juga biasa mengalami gejala lain, misalnya sakit kepala, mual, dan muntah. Lantas, apakah semua demam bisa langsung dikatakan terkena malaria?
"Hanya, tidak boleh membuat diagnosis malaria berdasarkan gejala-gejala tersebut, harus diperiksa melalui tes laboratorium," jelas Prof. Tjandra pada konferensi pers di Gedung Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (22/4/2014).
Jadi, Prof. Tjandra Yoga menegaskan bahwa tidak semua demam bisa langsung didiagnosis malaria. Prof Tjandra mencontohkan, di Indonesia wilayah timur yang sering terjadi kasus malaria, biasanya ketika seseorang demam langsung diobati dengan obat malaria. Padahal, belum tentu karena malaria harus diperiksa melalui tes laboratorium.
"Setelah itu harus diobati dengan Artemisinin Based Combination Therapy (ACT), di mana obat ini tersedia di puskesmas dan rumah sakit pemerintah secara cuma-cuma," tutur Prof. Tjandra.
Sementara, dia menambahkan bahwa intervensi pengendalian malaria yang dilakukan oleh pemerintah di antaranya adalah pada 2012 melakukan penyemprotan di 47.966 rumah. Sedangkan pada 2013, jumlah rumah yang dilakukan penyemprotan mencapai 49.260.
"Rencananya tahun ini jumlah rumah yang akan kita semprot sekitar 47.000. Selain itu, jumlah kelambu yang akan dibagikan pada 2014 ini sebanyak 6,3 juta kelambu," tutupnya.
(tty)
»
0 comments:
Post a Comment