BANYAK keadaan yang secara klinis menunjukkan gejala-gejala mirip autisme, meskipun kenyataannya bukan autisme sehingga sering salah dalam mendiagnosis autisme. Misalnya, apakah down syndrome termasuk dalam kategori autisme?
Masih banyak yang mengira bila down syndrome sama dengan autisme. Padahal, menurut konsultan Neuropediatri dari Divisi of Pediatric Neurology, Dept. of Child Health Faculty of Medicine, University of Padjadjaran, Bandung, Dr. Purboyo Solek, SpA (K) down syndrome jelas sangat berbeda dengan autisme.
?Autisme beda sekali dengan down syndrome. Kalau down syndrome tidak masuk dalam kelompok ini karena merupakan kelainan kromosom, yang kemudian memberikan gambaran khas untuk semua penyandang down syndrome,? tutur Dr. Purboyo di Ballroom Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu 30 April 2014.
Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan tersebut menurut Dr. Purboyo sangat penting, mengapa? Hal ini karena ternyata masing-masing kelainan dikatakan Dr. Purboyo mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda. Misalnya, kemampuan akademik penyandang autis dan asperger berbeda, begitu pula dengan down syndrome.
?Contohnya, kalau autisme sebagian besar IQ-nya setelah pada fase akhir terapi pada posisi 50-60 (normalnya IQ 90-110), tetapi bila diintervensi dini (sebelum usia 2 tahun) bisa naik 16,7 atau ke posisi borderline IQ, sehingga bisa bekerja tetapi pada down syndrome tidak bisa,? jelas Dr. Purboyo.
Sementara, Dr. Purboyo mengatakan bila penyandang down syndrome sebagian besar kemampuan akademik atau IQ-nya berada pada posisi borderline, berbanding terbalik dengan penyadang autisme. Sedangkan pada penyandang PDD NOS (Pervasive Development Disorder Not Otherwise Spec ified) kemampuan akademik atau IQ-nya normal dan Asperger Syndrome kemampuan akademik dan IQ-nya di atas normal.
?Oleh karena itu, bila dimasukkan ke sekolah bisa kita pilah-pilah. Bila autisme yang bisa masuk sekolah adalah borderline atau IQ-nya yang paling bagus atau high function,? tutupnya.
(tty)
»
Masih banyak yang mengira bila down syndrome sama dengan autisme. Padahal, menurut konsultan Neuropediatri dari Divisi of Pediatric Neurology, Dept. of Child Health Faculty of Medicine, University of Padjadjaran, Bandung, Dr. Purboyo Solek, SpA (K) down syndrome jelas sangat berbeda dengan autisme.
?Autisme beda sekali dengan down syndrome. Kalau down syndrome tidak masuk dalam kelompok ini karena merupakan kelainan kromosom, yang kemudian memberikan gambaran khas untuk semua penyandang down syndrome,? tutur Dr. Purboyo di Ballroom Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu 30 April 2014.
Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan tersebut menurut Dr. Purboyo sangat penting, mengapa? Hal ini karena ternyata masing-masing kelainan dikatakan Dr. Purboyo mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda. Misalnya, kemampuan akademik penyandang autis dan asperger berbeda, begitu pula dengan down syndrome.
?Contohnya, kalau autisme sebagian besar IQ-nya setelah pada fase akhir terapi pada posisi 50-60 (normalnya IQ 90-110), tetapi bila diintervensi dini (sebelum usia 2 tahun) bisa naik 16,7 atau ke posisi borderline IQ, sehingga bisa bekerja tetapi pada down syndrome tidak bisa,? jelas Dr. Purboyo.
Sementara, Dr. Purboyo mengatakan bila penyandang down syndrome sebagian besar kemampuan akademik atau IQ-nya berada pada posisi borderline, berbanding terbalik dengan penyadang autisme. Sedangkan pada penyandang PDD NOS (Pervasive Development Disorder Not Otherwise Spec ified) kemampuan akademik atau IQ-nya normal dan Asperger Syndrome kemampuan akademik dan IQ-nya di atas normal.
?Oleh karena itu, bila dimasukkan ke sekolah bisa kita pilah-pilah. Bila autisme yang bisa masuk sekolah adalah borderline atau IQ-nya yang paling bagus atau high function,? tutupnya.
(tty)
»