Perda Rokok Bikin Nganggur Dokter Paru di Padang Panjang

PENERAPAN Perda (Peraturan daerah) Kawasan Tertib Rokok (KTR) dan Tanpa Asap Rokok di Padang Panjang, Sumatera Barat, berdampak sangat luas bagi masyarakat.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang, Yanuar M.Kes, menjelaskan bahwa efek penerapan Perda KTR dan Tanpa Asap Rokok membuat masyarakat jauh dari penyakit paru-paru hingga dokter pun tak memiliki pasien. "Efek Perda ini berjalan, dokter spesialis paru di sana sampai tidak pekerjaan lagi, jadi tidak laku karena tidak ada pasiennya," kata pria yang dulu menjabat Direkur Utama RSUD Pandang Panjang sejak 2008 sampai 2013 ini.

Efek Perda ini juga membuat penyakit paru-paru yang dulu menempati 10 besar penyakit terbanyak dilayani RSUD Pandang Panjang, kini tak ada lagi. RSUD Padang Panjang bahkan sempat dijadikan spesialisasi respirasi atau pernapasan. Namun setelah masuk Perda, tambahnya, jumlah pasien paru-paru menurun drastis.

"Dan, akhirnya tidak masuk lagi 10 besar lagi penyakit tertinggi di Padang Pajang sampai saat ini," urainya saat kunjungan ke kawasan tertib rokok di RT 11 Kelurahan Pasar Usang, Padang Panjang, Sumatera Barat, baru-baru ini.

Bahkan, saking sedikit pasien yang datang, dokter spesialis paru RSUD Padang Pajang memutuskan pindah ke rumah sakit lain yang lebih memerlukan jasanya. "Dokter itu akhirnya menemui saya, dan meminta izin pindah ke RS Batu Sangkar. Itu agar kemampuannya bisa lebih dimanfaatkan masyarakat yang membutuhkan," terang Yanuar.

Meski begitu, saat ini kekosongan dokter spesialis paru sudah diisi dengan dokter baru. Alasannya agar bisa tetap melayani jika datang seseorang yang mengalami gangguan paru-paru sewaktu-waktu. (ftr)

»

Posted in: