MENGENAI penyakit hepatitis di Indonesia, garis besar guideline sangat diperlukan dan menjadi pedoman dokter untuk memeriksa pasien dan bermanfaat untuk mengontrol pengobatan.
Hal ini seperti diutarakan Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Dr.dr. Rino Alvani Gani, SpPD, KGEH, FINASIM dalam seminar bertajuk 'Waspadai Hepatitis B dan C ; Kenali, Cegah, Obati!, bahwa hasil garis besar guideline bermanfaat untuk mengontrol pengobatan.
"Sebagai contoh hepatitis A guideline pencegahannya dengan meningkatkan higienitas dan sanitasi baik. Sedangkan untuk hepatitis B dan C, yaitu penggunaan terapi yang tepat, baik dosis maupun waktunya," ujar Dr. Rino di Hotel Gran Melia, Jakarta, Kamis (20/6/2013).
Lebih lanjut Dr. Rino mengatakan deteksi dini memainkan peranan penting untuk melihat bagaimana tingkat kerusakan hati dan tingkat konsentrasi jumlah virus, sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan.
Ia juga menginformasikan terdapat kelompok masyarakat yang harus melakukan deteksi, diantaranya, para pekerja kesehatan, keluarga pasien hepatitis, kemudian yang riwayat menggunakan narkoba, transfusi darah, tato, tindik, dan ibu hamil.
"Namun demikian, tidak semua pasien hepatitis memerlukan terapi, ada kalanya pasien dengan kerusakan hati yang minimal hanya memerlukan monitoring. Dilaksanakannya sekitar 6 bulan sekali," tandasnya.
(uky)
»
0 comments:
Post a Comment