PARA diabetesi sebaiknya jangan menganggap sepele penurunan tekanan daras yang terlalu drastis. Pasalnya, gejala tersebut menjadi sinyal awal serangan penyakit jantung koroner.
Menurut penelitian yang diterbitkan di Diabetes Care, penurunan yang agresif dari tekanan darah dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner (PJK) pada pasien diabetes.
Hubungan antara tekanan darah dengan risiko penyakit jantung koroner ini dianalisis oleh Wenhui Zhao, MD, Ph.D., dari Pennington Biomedical Research Center di Baton Rouge bersama rekan-rekannya yang melakukan studi kohort prospektif pada 2000-2009 dengan melibatkan 17.536 orang Afrika-Amerika dan 12.618 pasien Kaukasia penderita diabetes.
Dalam penelitian, para peneliti mengidentifikasi 7.620 kasus insiden PJK pada rata-rata tindak lanjut selama 6 tahun. Setelah penyesuaian untuk beberapa variabel, rasio hazard PJK terkait dengan tekanan darah pada awal orang kulit hitam penderita diabetes 1,73 untuk <110/65 mm Hg, 1,16 untuk 110-119/65-69 mmHg, 1,04 untuk 120-129/70- 80 mm Hg, 1,00 untuk 130-139/80-90 mmHg, 1,06 untuk 140-159/90-100 mm Hg, dan 1,11 untuk ? 160/100 mmHg. Sedangkan, rasio hazard multivariat yang disesuaikan pada PJK dalam tingkat tekanan darah orang kulit putih penderita diabetes masing-masing 1,60, 1,27, 1,08, 1,00, 0,95 dan 0,99.
Kemudian sebuah hubungan berbentuk U risiko PJK dengan sistolik terisolasi dan tekanan darah diastolik pada masa awal, dan kemudian tekanan darah selama masa tindak lanjut ditemukan di kedua pasien hitam dan putih penderita diabetes. Lalu hubungan antara tekanan darah dan risiko PJK berubah menjadi hubungan terbalik pada pasien dengan diabetes yang berusia 60 tahun atau lebih.
"Singkatnya, dalam penelitian kohort yang berbasis di rumah sakit besar ini, kami menemukan kontrol tekanan darah yang agresif (yaitu, tekanan darah sistolik <120 mm Hg atau tekanan darah diastolik <70 mm Hg) berkaitan dengan peningkatan risiko PJK antara pasien pria diabetes di Afrika-Amerika dengan diabetes tipe 2. Selain itu, pada kelompok usia tua bahayanya bahkan lebih tinggi," ujar para peneliti yang dilansir Medicalxpress. (ind) (tty)
»
0 comments:
Post a Comment