BEBERAPA cangkir cokelat panas mungkin tidak hanya melawan dinginnya hari di musim dingin, tetapi juga bisa membantu orang dengan obesitas dalam mengontrol penyakit diabetes.
Hal ini seperti yang diungkapkan peneliti profesor ilmu makanan, Joshua Lambert di Penn State yang melakukan percobaan pada tikus. Hewan ini diberi makan cokelat bubuk dengan diet tinggi lemak setara 10 sendok makan, atau sekira empat hingga lima cangkir cokelat panas selama 10 minggu.
?Yang mengejutkan saya adalah adanya efek. Efeknya pada berat badan memang tidak besar seperti yang kami harapkan, tetapi saya terkejut melihat pengurangan secara dramatis dari inflamasi dan penyakit hati,? ujar Lambert yang dikutip Medicalnewstoday.
Para peneliti melaporkan bahwa beberapa indikator inflamasi dan diabetes pada tikus yang diberi makan suplemen cokelat jauh lebih rendah daripada tikus yang diberi diet tinggi lemak tanpa bubuk kakao. Misalnya, mereka memiliki sekira 27 % kadar insulin plasma lebih rendah dibandingkan tikus yang tidak diberi makan kakao. Tingginya kadar insulin merupakan tanda bahwa pasien memiliki diabetes.
Selain itu, Lambert mengatakan bahwa teori lain adalah kelebihan dalam diet mengganggu kemampuan tubuh untuk menjaga komponen bakteri yang disebut endotoksin. Endotoksin merupakan bakteri yang memasuki aliran darah melalui celah-celah antara sel-sel dalam sistem pencernaan. Dalam hal ini kakao dapat membantu meningkatkan fungsi usus penghalang.
?Sebagian besar peneliti obesitas cenderung menghindari cokelat karena tinggi lemak, tinggi gula dan biasanya dianggap indulgensi. Namun, cokelat bubuk rendah lemak dan rendah gula, kami melihat cokelat bubuk mengandung banyak senyawa polifenol sehingga seperti teh hijau dan anggur yang telah diteliti manfaat kesehatannya,? tandasnya. (ind) (tty)
»
0 comments:
Post a Comment