SEBUAH penelitian yang dipresentasikan di American Thoracic Society Internasional Conference 17 di Philadelphia menjelaskan bahwa pengobatan sleep apnea pada pasien pradiabetes optimal meningkatkan glukosa dalam darah. Dengan demikian, hal itu dapat mengurangi risiko kardiometabolik.
?Sleep apnea adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan gangguan pernapasan selama tidur dan diketahui berkaitan dengan kelainan dalam metabolisme glukosa. Tetapi apakah pengobatan sleep apnea memiliki efek positif pada metabolisme glukosa, hal itu masih dalam penyelidikan,? kata Sushmita Pamidi, MD, ketua penulis dari Departemen Kedokteran di McGill University di Montreal, Kanada, demikian dilansir Medicalnewstoday.
"Kami telah mempelajari pasien dengan sleep apnea dan pradiabetes, suatu kondisi yang didefinisikan sebagai lebih tinggi dari kadar glukosa darah normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk dipertimbangkan diabetes. Kami menemukan bahwa pengobatan optimal sleep apnea dengan continuous positive airway pressure (CPAP) selama dua pekan membawa perbaikan yang signifikan dalam kadar glukosa, diikuti glukosa oral tanpa mempengaruhi sekresi insulin, serta menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin," jelasnya.
Sementara itu, insulin adalah hormon yang diproduksi dalam pankreas dan fungsinya mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh. Kemudian, resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana jumlah insulin yang normal tidak memadai dalam menghasilkan respons insulin seluler untuk konsumsi glukosa. Namun, tingkat seberapa sensitif tubuh seseorang terhadap efek insulin terkait dengan pengembangan diabetes tipe 2.
Sebanyak dua pertiga dari pasien diabetes tipe 2 mungkin tidak diketahui menderita sleep apnea. Pilihan pengobatan utama untuk sleep apnea adalah CPAP, di mana suatu mesin memberikan udara pada tekanan tertentu melalui sebuah tabung pernapasan yang terhubung ke facemask. Hal ini bertujuan agar saluran udara bagian atas terbuka dan mencegah gangguan pernapasan lebih lanjut selama tidur.
Gangguan pernapasan saat tidur yang mengakibatkan sleep apnea telah dikaitkan dengan kondisi prediabetik, seperti resistensi insulin, intoleransi glukosa dan diabetes tipe 2, serta komplikasi kardiovaskular.
Selanjutnya, penelitian ini melibatkan 39 orang dewasa penderita sleep apnea dan pradiabetes dengan dilakukan pengobatan CPAP atau tablet plasebo dalam dua pekan secara acak. Sebelum dan sesudah masa pengobatan peserta penelitian menjalani uji toleransi glukosa oral, yaitu tes yang mengukur kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa.
Aspek unik dari penelitian ini adalah bahwa subjek penelitian yang tidur setiap malam di laboratorium penelitian, memastikan optimalnya pengobatan CPAP. Toleransi glukosa, sekresi insulin, dan insulin sensitivitas, juga semua penanda untuk risiko diabetes pada subjek penelitian diukur. Selain itu, kuantitas dan kualitas tidur, tekanan darah selama 24 jam, denyut jantung, berat badan, pengeluaran energy, dan hormon yang mempengaruhi risiko diabetes pada subjek penelitian juga dimonitoring dalam penelitian.
"Pengobatan yang efektif OSA dikenal memiliki dampak positif pada sejumlah hasil kesehatan penting dan dalam penelitian kami mengamati efek menguntungkan pada metabolisme glukosa," kata peneliti utama, Esra Tasali, MD, asisten profesor kedokteran perawatan paru dan kritis di University of Chicago.
Sementara itu, Dr Pamidi mengatakan bahwa hal tersebut merupakan bukti dari konsep penelitian mereka memberikan informasi penting untuk merancang multicenter uji klinis lebih besar yang akan menentukan apakah pengobatan CPAP dapat mencegah atau menunda perkembangan diabetes tipe 2.
(tty)
»
0 comments:
Post a Comment