DOKTER melakukan pemeriksaan menyeluruh pada pasien disfungsi ereksi sangat penting. Hanya dengan mengidentifikasi gangguan ereksi secara menyeluruh akan didapatkan terapi yang tepat.
Para ahli telah menjelaskan bahwa terapi yang tepat berbanding lurus dengan percepatan kesembuhan gangguan disfungsi ereksi ini. Di mana para pasien disfungsi ereksi diperiksa sesuai dengan penyebab dan keluhan yang menyertainya.
"Mengetahui penyebab dan keluhan yang terjadi pada pasien merupakan kunci dari keberhasilan pengobatan DE. Alasannya, dokter harus mengetahui apakah penyebabnya berpangkal pada psikis atau organis (kerusakan pembuluh darah), kemudian juga sudah berapa lama seseorang menderita DE dan apakah dia mempunyai gangguan metabolik. Selanjutnya, pasien DE juga harus diperiksa, apakah ada kekacauan hormonal akibat dari resistensi insulin pada diabetes atau tidak. Hal ini bertujuan mengetahui pangkal masalahnya dulu dan kemudian mengobatinya," tutur DR. dr. Nur Rasyid, Sp, Kepala Departemen Urologi FKUI dan RS. Cipto Mangkusomo dalam acara bertema Disfungsi Ereksi (DE): Mengapa Pria Enggan Membicarakan Serta Mengkonsultasikannya ke Dokter? di Ruang Candi Dieng, Hotel Grand Sahid, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, Rabu, 22 Mei 2013.
Dia juga menambahkan, pengobatan disfungsi ereksi itu tidak ada yang pernah sama dengan pasien lain. Oleh karenanya, pemeriksaan menyeluruh ini sangat perlu untuk mendapatkan terapi mana yang sesuai dengan penyebab disfungsi ereksi. Umumnya, terapi lini pertama diberikan obat farmakoterapi.
"Pemberian obat pada terapi pertama itu dengan mengonsumsi tadalafil, sildenafil, atau vardenafil. Pemberian obat ini sebagai perangsang untuk meningkatkan aliran pembuluh darah arteri pada penis. Namun harus dicatat, pada dasarnya obat ini manfaatnya membuat daya tahan ereksi lebih lama. Dianjurkan untuk mengonsumsi dua jam sebelumnya karena bila dikonsumsi langsang, hasilnya Anda malah sulit ereksi," terangnya.
Lebih dalam lagi, dr. Rasyid menjelaskan bahwa mengonsumsi obat pada terapi pertama ini harus sesuai dengan resep dokter dan ditunjang perubahan gaya hidup sehat, khususnya yang mempunyai penyakit kronis.
"Pria dengan obesitas, diabetes, dan hiptertensi lebih berisiko dua kali lebih rendah mengalami gangguan disfungsi ereksi. Jadi tidak ada jalan keluar lagi, selain merubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat, yakni memadukan olahraga dan mengonsumsi makanan gizi agar gangguan itu perlahan menurun dan kualitas hidup Anda dapat terus meningkat," terangnya.
(tty)
»
0 comments:
Post a Comment