Sunday, June 15, 2014

Mengapa Indonesia Bisa Bebas Malaria, Tapi DBD Tidak?

Mengapa Indonesia Bisa Bebas Malaria, Tapi DBD Tidak?BAIK malaria maupun Demam Berdarah Dengue (DBD) sama-sama disebabkan oleh gigitan nyamuk, meski jenisnya saja yang berbeda. Tetapi, saat ini Indonesia baru bisa dikatakan telah bebas malaria, dan hal yang sama belum berlaku pada DBD.

Tetapi, mengapa Indonesia hanya bisa memberantas malaria dan angka kesakita DBD masih tinggi? Ada beberapa faktor yang membuat DBD lebih sulit diberantas dibanding malaria.

Menurut Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Srie Rezeki S. Hadinegoro Sp.A(K), pemberantasan DBD lebih sulit dibandingkan malaria karena nyamuk aedes aegypti, yakni pembawa virus dengue hidup di air yang bersih. Sehingga, nyamuk pembawa virus dengue tersebut dikatakan Prof. Srie Rezeki sulit diisolasi.

?Sedangkan nyamuk malaria lebih mudah diisolasi karena hidup di air payau atau air kotor. Selain itu, pada malaria sudah ada obatnya, sedangkan DBD belum,? ujarnya pada Press Conference bertema Unity and Harmony Menuju Jakarta Bebas DBD 2020 di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (15/6/2014).

Lebih lanjut, Prof. Srie Rezeki, mengatakan bahwa gejala penyakit malaria lebih mudah didiagnosa dibanding demam berdarah dengue. Beberapa gejala malaria di antaranya, demam menggigil hingga keluar keringat dingin dan limpa terasa besar ketika diraba.

Sedangkan, gejala pada DBD biasanya seseorang mengalami demam yang mendadak tinggi dan disertai sakit kepala, nyeri otot dan tulang, serta ruam kemerahan di kulit. Selain itu, pada pasien yang terjangkit DBD akan mengalami perdarahan ketika memaasuki fase kritis, yakni demam setelah melewati hari ke-3.

?Oleh karena itu, gejala-gejala dari demam berdarah lebih sulit didiagnosa dibanding malaria,? tutupnya. (ftr)

»

0 comments:

Post a Comment