Friday, June 28, 2013

2019, Pasien Gagal Ginjal Diprediksi Capai 100 Ribu

2019, Pasien Gagal Ginjal Diprediksi Capai 100 RibuKONSISTEN menjaga gaya hidup sehat merupakan proteksi yang perlu dilakukan untuk menghindari serangan gagal ginjal. Hal ini penting mengingat pasien gagal ginjal terus meningkat dari tahun ke tahun.

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFI) melihat bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang belum menyadari ancaman gagal ginjal dan tidak segera mengambil langkah preventif. Padahal diperkirakan pada tahun 2014 hingga 2019, pasien gagal ginjal diperkirakan mencapai 100 ribu.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Prof. Rully MA. Roesli, MD, PhD, FINASIM seorang ahli penyakit RS. Cipto Mangunkusumo dan anggota PB PERNEFI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia).

Ia menjelaskan bahwa kemungkinan jumlah pasien gagal ginjal meningkat dari 19.612 hingga 100 ribu (antara tahun 2014 sampai 2019). Lebih lanjut dituturkan bahwa meningkatnya populasi tersebut dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat. Imbasnya, penyakit gagal ginjal pun mudah menjangkiti siapa pun.

"PERNEFI  merilis ada sebanyak 19.612 pasien gagal ginjal pada tahun 2012. Kemudian, diasumsikan terus akan mengalami kenaikan dari tahun 2014 ke 2019 jadi 100 ribu orang. Banyak hal yang memicu asumsi ini muncul, utamanya ialah karena gaya hidup tak sehat seperti merokok, kurang tidur dan lain lain, yang mulanya dari penyakit diabetes dan hipertensi," ujarnya dalam acara yang bertema Pelayanan Kesehatan yang Efektif dan Efisien pada Kasus Gagal Ginjal di Hotel Manhattan lantai 5, Kuningan- Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Ditambahkannya, PERNEFI juga melihat potensi perkembangan peningkatan pelayanan kesehatan karena Kemenkes RI dan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) pada tahun 2014 ke tahun 2019. Prosentase pengobatan sudah berkembang yang dahulunya terapi dialisis menjadi andalan pengobatan, sekarang persentasenya menurun dan beralih ke  CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan juga transplantasi sudah mengalami kenaikan kendati tak signifikan.

"Dialisis (pencucian darah) memang terapi yang banyak digunakan para pasien gagal ginjal. Terdata pada tahun 2012, sebesar 78 persen pasien mengandalkan terapi ini, kemudian di tempat kedua operasi transplantasi sebesar 16 persen dan sisanya tiga persen pada CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan CRRT (Continous Renal Replacement Therapy). Dan pada efektivitas pengobatan lain meningkat terkait kebutuhan mesin dan perawat mulai dipenuhi. Kemudian efek positif BPJS yang berlaku per 1 Januari 2014 akan memberikan pembiayaan asuransi bagi pasien gagal ginjal. Sehingga terjadi peningkatan prosentase dari berbagai pengobatan penyakit gagal ginjal itu sendiri, contohnya pada operasi transplantasi perlahan naik hingga menjadi 20 persen naik, mengalami kenaikan empat persen dari tahun 2012. Kemudian, juga CAPD yang pada tahun 2012 hanya tiga persen, trennya dinilai akan meningkat hingga 30 persen. Sehinga otomatis persentase untuk terapi dialisis menurun, jadi sebesar  50 persen," imbuhnya.

Sementara itu, asumsi dari pasien gagal ginjal sendiri dari jumlah 100 ribu tersebut diperkirakan sebanyak 50 ribu orang melakukan terapi dialisis, kemudian pengobatan CAPD 30.000 pada pasien gagal ginjal atau sebesar 30 persen, dan 20 persen dari prosentase dimana sebanyak 20 ribu orang untuk pasien yang melakukan operasi transplantasi ginjal.
(ind)

»

0 comments:

Post a Comment