Wednesday, June 26, 2013

11 Rumah Sakit Siap Tampung Penderita Gagal Ginjal

11 Rumah Sakit Siap Tampung Penderita Gagal GinjalPENDERITA gagal ginjal boleh bernapas lega dari sekarang. Pasalnya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan 11 rumah sakit sudah menandatangani perjanjian komitmen mengenai keikutsertaan menjadi pusat Gagal Ginjal Terminal guna memberikan pelayanan pengobatan kepada para penderita.  
Kondisi itu bisa terjadi sebagai salah satu upaya pemerintah mematangkan pelayanan kesehatan, khususnya bagi  penderita gagal ginjal sebagai penyakit berbiaya besar (katastrofik) di era Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Sehingga diharapkan pada implementasi di lapangan pada 1 Januari 2014, para penderita gagal ginjal semakin bisa memudahkan mereka mendapatkan layanan dialisis secara berkala atau operasi transplantasi ginjal yang terbilang relatif mahal. Di samping itu, pemerintah juga terus menggenjot jumlah rumah sakit juga setiap tahun agar terus bertambah demi mencukupi para penderita gagal ginjal yang setiap tahun meningkat pesat.
 
"Sebanyak 11 rumah sakit sudah menandatangani kerja sama dengan Kemenkes dan Askes untuk menjadi pusat Transplantasi Gagal Ginjal Terminal, dan di tahun mendatang akan diterus ditambah. Contohnya RSCM, RS PGI Cikini, RSUP Kariadi, RSPAD GS, RSUP Dr. Sutomo, RS Sardjito, RS Pringhadi, dan lain-lain.  Tak hanya itu, kita juga terus berupaya menambah rumah sakit lagi sekaligus prasarana dan sumber daya manusia untuk terus bisa mencukupi penderita gagal ginjal yang selalu saja meningkat setiap tahun," kata dr. B. Eka A. Wahjoeni, M. Kes mewakili key note speech dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH  selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dalam acara bertema Pelayanan Kesehatan yang Efektif dan Efisien pada Kasus Gagal Ginjal di Hotel Manhattan lantai 5, Kuningan- Jakarta Pusat, Rabu, (26/6/2013)
 
Senada dengan itu, Direktur Pelayanan PT. Askes Fajriadiunur mengatakan, PT. Askes yang akan bertransformasi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Nasional)  kesehatan akan menjamin seluruh penduduk dalam suatu asuransi sosial, sehingga terbuka para penderita kasus gagal ginjal mendapatkan pelayanan berbiaya mahal seperti dialisis, Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis ( CAPD), ataupun operasi transplantasi ginjal. Namun, harus perlu dilakukan kajian bersama tentang penanganan pasien dengan kasus penyakit Gagal Ginjal Terminal yang efektif dan efisien, baik secara outcome klinis maupun dari segi biaya.
 
"Mendapatkan outcome yang efisien dan efektif mengenai pelayanan klinis dan segi biaya sangat berguna bagi para penderita gagal ginjal nantinya. Sehingga masyarakat yang selama ini belum ter-cover asuransi akan menggunakan kesempatan ini memperoleh pengobatan. Kemudian jadi sangat mungkin penderita gagal ginjal meningkatkan lagi kualitas hidupnya," tambahnya.
 
Sementara itu, Prof. Rully Roesli, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajajaran menambahkan bila upaya sampai per Januari 2014 belum bisa dilakukan, terutama pelayanan transplantasi ginjal. Menurutnya, sistem itu bisa diperbaiki sambil berjalan dan pasien mencari donor yang pas. Sehingga progresitas kematangan BPJS ini bisa cepat dirasakan masyarakat dan pelayanan kesehatan di Indonesia bisa benar-benar mengalami peningkatan.
 
"Transplantasi ginjal vital untuk menaikan kembali quality of life seseorang bila nanti BPJS berjalan. Pun kalau belum bisa dilakukan, hal itu bisa dilakukan sambil berjalan. Di mana pasien penderita gagal ginjal tetap menjalani dialisis atau COPD terlebih dahulu dan sekaligus mencari calon pendonor yang pas. Dan sampai pada waktunya, operasi itu bisa dilakukan dan pasien sudah mendapatkan donor yang pas. Barulah bisa dilakukan operasi transplantasi ginjal, yang berangkat dari rekomendasi Askes dan rumah sakit," terangnya.
(tty)

»

0 comments:

Post a Comment